Kiriman dari Jamal.Abdul66@yahoo.com
Letnan
Jendral TNI (Purn) Sayidiman
Suryohadiprojo, sebagai salah satu narasumber pada seminar
bedah buku yang berjudul SISHANKAMRATA Prasyarat Bagi Eksistensi
NKRI karya Brigjen TNI (Purn) Tjuwono Sudarto yang dilaksanakan di Gedung Juang
‘45 Jakarta, Sabtu 29 Oktober 2013. Dalam kesempatan itu lebih lanjut beliau
memberikan materi tentang Sistim pertahanan rakyat semesta (SISHANRATA) kepada
para peserta. Berikut
Rangkumannya :
Sejarah
telah membuktikan bahwa Indonesia merupakan
Negara yang memiliki daya tarik yang
kuat bangsa asing untuk memiliki dan menguasainya, hal tersebut karena kekayaan
potensi alamnya , penduduk yang besar jumlahnya dan tinggi potensinya, serta
kondisi geografisnya yang berada pada posisi silang antara dua benua dan dua samudera,yang merupakan
posisi strategis untuk pelayaran dan perdagangan. Karena itulah pada abad-abad
yang lalu Indonesia selalu dijajah oleh kolonial.
Atas
dasar pengalaman yang lalu, maka Negara kita menerapkan sistem pertahanan
Rakyat Semesta (Sishanrata) yang bertujuan untuk menghadapi dan mengatasi
serangan serta gangguan yang dilakukan Negara lain terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) dengan mengikut sertakan seluruh kekuatan rakyat.
Sejak
permulaan Abad ke-20
umat manusia telah dihadapkan dengan persoalan perang yang bersifat semesta.
Artinya suatu
konflik antara dua Negara bukan hanya terjadi di bidang militer dan
politik saja, melainkan juga menyangkut setiap aspek kehidupan seperti bidang
ekonomi, bidang sosial dan lain sebagainya.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong manusia dalam mengembangkan berbagai persenjataan baru, dengan perkembangan
persenjataan itu pula sudah tidak ada lagi pemisahan antara medan perang dan
daerah aman. Yang terjadi adalah bahwa medan perang ada di mana-mana (the
front is every where) dengan melibatkan seluruh kehidupan bangsa yang
ada dalam konflik bersenjata itu.
Hal
ini mengakibatkan seluruh bangsa menjadi obyek perang, bukan hanya militer yang
menjadi sasaran tetapi rakyat yang tidak memegang senjatapun terkena akibatnya.
Hal demikian tidak dapat diterima oleh rakyat yang tidak mau ditundukan oleh
musuh. Rakyat sadar dan tergerak bahwa ia pun harus menjadi pelaku atau subyek
dalam konflik, tidak hanya sebagai obyek. Peran Rakyat sebagai subyek makin kuat
kalau militansi Rakyat kuat dan tidak mau ditundukkan untuk mengikuti kehendak bangsa penyerang.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pertahanan telah menghasilkan senjata
pemusnah massal dengan sistem senjata yang makin besar daya penghancurnya (Weapons of Mass Destruction/WMD),
meliputi sistem
senjata nuklir, biologi dan kimia. Suatu Negara meyakini dengan memiliki
senjata itu serta didukung pula dengan kekuatan militernya akan mampu
mempertahankan Negaranya dan mencapai kepentingan nasionalnya.
Di
samping itu juga,
senjata konvensional makin berkembang kemampuannya. Bahkan
senjata yang dipegang perorangan dapat menimbulkan kehancuran besar. Ini
dipertinggi dampaknya dengan makin berkembangnya teknologi komunikasi dan
komputer. Akan tetapi terjadi satu paradox bahwa justru kehadiran system
senjata WMD itu serta makin hebatnya dampak senjata konvensional, timbul
peringatan untuk tidak gegabah memulai satu konflik bersenjata. Sebab belum
tentu bangsa penyerang yang mempunyai kemampuan persenjataan yang hebat dapat
dengan mudah mengalahkan bangsa sasarannya dengan cepat, apabila lawannya mampu
menetralisasi serangan lawannya bahkan tidak mustahil penyerang tersebut
mengalami kerugian.
Unsur
yang memungkinkan netralisasi keunggulan
teknologi, khususnya senjata, ternyata adalah peran Rakyat yang bersama
kekuatan militer melakukan berbagai usaha untuk membuat bangsa penyerang
terpukul dan menghindari atau mengatasi dampak dari keunggulan teknologi penyerang.
Namun
kemudian kemajuan cara berfikir memberikan jalan dan cara lain bagi agresor untuk menyerang bangsa lain yang hendak
ditundukannya dengan cara membuat problem konflik didalam negeri seperti
pemberontakan bersenjata dan persoalan lain yang akhirnya dapat meruntuhkan
pemerintah bangsa itu.
Perkembangan
umat manusia telah mengakhiri kebenaran mutlak definisi perang yang dihasilkan oleh
Jenderal/Von Clausewitz pada tahun 1810-an dan diikuti oleh hampir setiap bangsa di
Dunia. Von Clausewitz mengatakan: Perang adalah tindakan kekerasan untuk
memaksa musuh untuk tunduk kepada kita (Der Krieg ist ein Akt der Gewalt um den den
Gegner zur Erfuellung unsres Willens zu zwingen). Ternyata sekarang
pemaksaan kehendak dapat dilakukan tanpa penggunaan kekerasan senjata. Meskipun
demikian masih ada bangsa yang amat yakin kepada keunggulannya dalam teknologi
persenjataan dan memilih melakukan serangan dengan penggunaan aneka ragam
senjatanya. Akan tetapi sering ia harus melakukan hukuman ketika justru
terpukul oleh bangsa yang di serang.
Sesuai
Pancasila Dasar Negara dan UUD 1945 Bangsa
Indonesia tidak akan menjadi Bangsa
Agressor. Akan tetapi dalam kenyataan yang berkembang, bangsa Indonesia harus
selalu siap menghadapi bangsa lain yang mau menguasainya. Maka untuk menjamin
dan memelihara kemerdekaan dan kedaulatan NKRI Bangsa Indonesia menetapkan konsep Sistem Pertahanan Rakyat
Semesta (Sishanrata). Dengan konsep itu dikembangkan kemampuan bangsa yang
maksimal untuk melindungi dirinya.
KEMUNGKINAN SERANGAN YANG HARUS DIHADAPI
1. Serangan tanpa kekerasan.
Perkembangan
cara berfikir Manusia memungkinkan dilakukan Serangan untuk menundukan lawan
tanpa penggunaan kekerasan. Dengan membuat cara berfikir bangsa yang menjadi
sasaran serangan sesuai dengan kehendak penyerang, sasaran akan mengikuti apa
yang diinginkan penyerang.
Adolf
Hitler melakukan dengan propaganda yang membuat pemimpin Austria tunduk
kepadanya dan Jerman dapat menjadikan Austria bagian Jerman tanpa penggunaan
kekerasan. Tentu pada saat itu divisi-divisi panser Jerman siap untuk menyerbu
Austria kalau ternyata usaha tanpa kekerasan gagal.
Pihak
lain melakukan serangan dengan cara menyuap para pengambil keputusan bangsa
yang menjadi sasaran. Dan menyuap dapat menggunakan aneka ragam cara dan
sarana, baik uang, kedudukan maupun obyek seksual, pendeknya semua cara yang
membuat pihak yang menjadi sasaran lunak dan mengikuti kehendak penyerang.
Malahan
sekarang ilmu pengetahuan menyediakan kemungkinan yang tertuju pada kondisi
otak sasaran, khususnya yang menjadi pengambil keputusan dan pimpinan bangsa
yang hendak dikuasai penyerang (cara perang neo-cortex). Kalau para
pimpinan dan para pengambil keputusan satu bangsa berhasil digarap kondisi
otaknya tanpa mereka menyadari telah menyadari korban usaha penyerangan lawan,
maka melalui para pemimpin itu seluruh Negara bangsanya dapat dikendalikan
pihak penyerang. Adalah kenyataan bahwa perang dingin antara blok Barat dan
blok Komunis telah berakhir dengan kemenangan blok Barat tanpa tejadi
penggunaan kekerasan. Padahal kemampuan Uni Soviet dalam teknologi militer,
termasuk pemilikan senjata pemusnah massal yang tidak kalah dari AS.
Kalau
penyerang mampu melakukan serangan tanpa kekerasan, maka ia dapat mencapai
tujuan politiknya lebih murah dan lebih mudah karena tidak perlu menggerakan
kekuatan militer untuk menyerang, risiko politik dan risiko bentuk lain jauh
lebih kecil bila serangan gagal. Kalau toh penyerang melakukan serangan dengan
kekerasan, semua hasil usaha serangan tanpa kekerasan dapat bermanfaat karena
bangsa sasaran sudah jauh lebih lemah dan lunak.
2. Serangan dalam bentuk penciptaan Masalah keamanan Dalam Negeri
2. Serangan dalam bentuk penciptaan Masalah keamanan Dalam Negeri
Cara serangan ini ada persamaan dengan cara pertama, dalam arti penyerang tidak melakukan serangan militer terbuka. Diadakan usaha dalam masyarakat bangsa yang menjadi sasaran agar terjadi perkembangan yang menimbulkan perlawanan masyarakat itu terhadap pemerintahannya sendiri. Perlawanan itu diusahakan berkembang menjadi pemberontakan bersenjata dari bagian masyarakat yang tidak puas, acapkali dengan kerjasama tentara atu sebagian tentara bangsa sasaran. Pemberontakan bersenjata berusaha meruntuhkan kekuasaan pemerintah untuk digantikan pada orang-orang yang berpihak penyerang. Pasti ada dukungan macam-macam pada penyerang kepada pemberontakan, termasuk keuangan, senjata dan peralatan, personil, tetapi hal itu tersembunyi untuk mencegah bangsa sasaran menghidupkan bantuan dan intervensi internasional.
Pelaksanaan
pemberontakan senjata bisa macam-macam, seperti melakukan gerak teror atau
perlawanan gerilya. Akan tetapi satu saat segala macam pelaksanaan
pemberontakan itu harus mempunyai dampak
politik yang meruntuhkan kekuasaan pemerintah.
Di
masa perang dingin blok komunis menganjurkan perang pembebasan Nasional (War
of National Liberation) untuk dilakukan rakyat di negara-negara barat dan negara non-blok. Buat negara blok barat yang rakyatnya
memberontak dan berpihak blok komunis terjadi pukulan politik dan militer
sekaligus, apalagi kalau pemberontakan itu berhasil meruntuhkan pemerintahanya.
Dan negara non-blok yang mengalami
pemberontakan komunis akan memperbesar kekuatan Uni Soviet dan blok komunis.
Sebaliknya juga blok Barat, khususnya AS, melakukan hal serupa untuk mencegah
Negara yang menjadi sasaran berpihak blok Komunis. NKRI telah mengalami serangan
macam ini, baik dari blok Komunis
dan blok Barat. Malahan blok Komunis mencoba melalui pemberontakan PKI Madiun
tahun 1948 dan G3OS PKI tahun 1965, dan dari blok Barat adalh pemberontakan
PRRI-Permesta pada tahun 1958.
CARA MENGHADAPI ANEKA MACAM SERANGAN
1. Menghadapi Serangan Tanpa Kekerasan.
Masyarakat
dan terutama para pemimpin harus sadar bahwa umat manusia dan dunia setelah
berakhirnya perang Dunia 2 senantiasa dalam keadaan perang Bukan Damai Bukan (No
War No Peace). Sebab justru ketika manusa makin berkembang kemampuanya
dalam berbagai bidang, ia juga cenderung lebih agressif dan bukanya makin
bersifat damai. Apalagi kalau ia merasa mempunyai berbagai keunggulan terhadap
bangsa lain.
Dalam
kondisi demikian harus dikembangakan ketahanan Nasional, yaitu mengembangkan
dalam bangsa Indonesia kondisi dinamis yang berisi keuletan dan ketangguhan
yang menghasilkan kekuatan Nasional yang mampu menghadapi segala macam ancaman
, hambatan, tantangan dan gangguan yang merugikan kelangsungan hidup bangsa
serta pencapaian tujuan Nasionalnya. Ketahanan Nasional berwujud kesejahteraan
Nasional dan keamanan Nasional yang tinggi mutunya menimbulkan Daya Tangkal
yang membuat bangsa lain enggan dan tertahan kehendaknya untuk menyerang
dan menguasai bangsa itu. Dengan begitu ada halangan kuat untuk dilakukanya
serangan terhadap NKRI.
Ketahanan
Nasional yang dikembangkan Indonesia dilandasi usaha menjadi kan pancasila
kenyataan di NKRI oleh karena pancasila adalah Dasar Negara dan Ideologi bangsa
Indonesia.
Dalam
ketahanan Nasional itu perlu ada kemampuan Intelijen yang efektif, termasuk
kontra Intelijen, penggalangan dan pengamanan. Dengan kemampuan itu dicegah dan
ditolak segala macam usaha pihak lain untuk menggarap tokoh-tokoh yang
berpengaruh dalam masyarakat, khususnya orang-orang yang berfungsi sebagai
kepemimpinan Nasional baik dalam bidang eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Demikian pula kepemimpinan daerah.
Uasaha
Intelijen tidak berbatas dilakukan dalam negeri, tetapi juga diluar negeri,
khususnya di negara pelaku serangan tanpa kekerasan itu. Dengan kenyataan bahwa
usaha mereka kurang efektif bangsa yang melakukan tanpa kekerasan akan
mengakhiri usaha itu. Mungkin saja ia beralih pada salah satu cara serangan
lain.
2. Menghadapi Masalah keamanan Dalam Negeri.
Pihak
lawan dapat mengembangakan Masalah Keamanan Dalam Negeri, baik berupa
pemberontakan bersenjata maupun terorisme, kalau dalam masyarakat Indonesia ada
kerawanan terutama yang bersifat ketidakpuasan masyarakat. Sebab itu juga dalam
hal ini adanya ketahanan nasional yang efektif, baik dalam aspek kesejahteraan
maupun keamanan, amat penting untuk meniadakan atau amat membatasi kerawanan
masyarakat.
Juga
dalam hal ini adanya peran intelijen yang efektif amat penting, sehingga selalu
dapat diikuti dan diketahui aneka macam gerak yang terjadi dalam masyarakat.
Selain
itu perlu ada organisasi Territorial yang efektif yang menghubungkan setiap
anggota yang diselenggarakan TNI menjaga hubungan erat dan mesra antara Rakyat
dan pemerintah, khususnya TNI, dan sesama Rakyat. Kalau ada anggapan bahwa TNI
tidak boleh mencampuri kehidupan masyarakat, maka pembinaan Teritorial
dilakukan oleh pemerintah Daerah dengan dibantu TNI sebagai penasehat dan fungsi
untuk menjaga daya Rakyat.
Disamping
itu TNI harus mempunyai kemampuan melaksanakan operasi keamanan dalam negeri
(Ops Kamdagri) atau counter-insurgency operations. Ops Kamdagri
terutama bersifat kegiatan melawan Gerilya, kalau pemberontakan berkembangan
menjadi perlawanan Gerilya. Juga kegiatan melawan terror yang terutama menjadi
fungsi kepolisian Negara. Meskipun begitu TNI pun harus mempunyai kemampuan
lawan teror, terutama untuk membantu kalau polri memerlukanya.
3. Menghadapi Serangan Militer
Terbuka.
Untuk
menghadapi Serangan Militer Trebuka secara efektif NKRI juga harus membangun
Ketahanan Nasional yang setangguh mungkin. Dalam aspek Keamanan Nasional selain
ada TNI yang kuat juga ada organisasi Teritorial yang berfungsi baik.
Karena
NKRI salah satu Negara kepulauan, maka serangan militer terhadap Indonesia
dilakukan dengan satu gerakan kekuatan militer lewat Laut atau/Udara. Oleh
sebab itu, untuk menolak satu serangan terhadap daratan NKRI harus
diusahakan mengalahkan penyerang dilaut
dan di udara.Itu berarti bahwa TNI harus dibangun menjadi kekuatan militer yang
tangguh dan harmonis di darat-laut-udara untuk dapat melaksanakan pertahanan
yang efektif terhadap serangan Militer.
Setelah
intelijen melaporkan bahwa penyerang akan menyerang, seluruh bangsa ditingkatkan
kewaspadaanya, khususnya TNI. Ketika penyerang kemudian mulai geraknya terhadap
Indonesia, maka TNI-AU melakukan operasi udara terhadap pangkalan-pangkalan dan
fasilitas logistic lawan untuk menggagalkan serangannya, sekurangnya
menimbulkan hambatan dan gangguan terhadap serangan lawan. Untuk itu TNI-AU
berusaha mencapai supremasi udara, terutama diruang udara wilayah NKRI dan
perbatasan dengan penyerang. Dengan begitu dicegah penyerang melakukan operasi
udara terhadap Indonesia sebagai persiapan seranganya yang lebih luas. Demikian
pula diusahakan penolakan gerakan penyerang dilaut, dilakukan TNI-AL dan
TNI-AU.
Akan
tetapi Negara yang sanggup menyerang Indonesia dengan kekuatan militer pasti
bukan Negara yang kekuatan militernya kecil. Sebab itu tidak mustahil penyerang
dapat mengatasi semua usaha TNI-AU dan TNI-AL.
Penyerang
bergerak untuk mendaratkan kekuatan militernya di daratan Indonesia, baik
melalui operasi amfibi yang mendaratkan pasukan dipantai NKRI maupun dengan operasi
lintas udara yang mendaratkan pasuakna lebih dalam wilayah NKRI.
TNI-AL
menyerang dan menolak usaha pendaratan itu. Usaha itu dibantu TNI-AU yang juga
sekaligus melawan operasi lintas udara penyerang. Namun bisa terjadi bahwa
kekuatan TNI-AL dan TNI-AU tidak dapat menolak pendaratan kekuatan penyerang
dibumi NKRI, baik melaui pendaratan amfibi maupun melalui operasi lintas udara.
Maka giliran TNI-AD untuk menghadapi dan mengalahkan pendaratan itu.
Kalau
operasi bersama TNI-AL, TNI-AU dan TNI-AD dapat menhancurkan pendaratan
penyerang di pantai dan ditumpuan udara, maka terjadi satu penyelesaian yang cepat dan
menguntungkan NKRI.
Namun
penyerang yang besar kekuatan militernya mungkin dapat mengatasi segala usaha
kita dan berhasil membangun pancangan kaki di bumi Indonesia. Ia akan
konsolidasi pancangan kaki itu untuk digunakan sebagai pangkalan untuk
serangannya lebih lanjut. Penyerang melakukan serangan militer untuk mencapai
tujuan politik, yaitu menguasai Indonesia untuk memenuhi atau memperkuat nasionalnya.
Untuk itu penyerangan harus berhasil mewujudkan pemerintahan di Indonesia yang
memimpin dan mengelola Indonesia sesuai kepentingan nasional penyerang.
Pemerintahan itu dapat dilakukan dengan menyusun organisasi yang dipimpin
orang-orang bangasa penyerang. Akan tetapi itu berarti Indonesia menjadi
jajahan penyerang. Sesuai dengan perkembangan umat manusia keadaan demikian
kurang disukai banyak orang sehingga bisa hilang manfaatnya. Sebab itu besar kemungkinan
pemerintahan itu dilakukan orang-orang Indonesia yang bersedia mengabdi kepada
kepentingan penyerang sehingga menjalankan pemerintahan yang bermanfaat dan
sesuai dengan kepentingan nasional penyerang. Kemudian penyerang membantu
dengan berbagai usaha, khususnya bantuan ekonomi dan keuangan serta personil,
agar pemerintahan itu dapat berjalan efektif
Maka
untuk mencapai tujuan politiknya penyerang harus menundukan pemerintah NKRI
serta segala kemampuannya untuk berlanjut sebagai organisasi politik yang
berkuasa.
Untuk
iru penyerang melakukan operasi-operasi militer yang cepat untuk merebut
pusat-pusat kekuasaan dan logistic Indonesia, untuk akhirnya merebut Ibu Kota
Jakarta dan Ibu Kota Daerah untuk menguasai pemerintahan.
TNI
akan terus melakukan perlawanan untuk menolak dan mengalahkan usaha penyerang. Untuk
itu diadakan operasi pertahanan yang bersifat konvensional untuk menahan gerak
maju penyerang. Di samping operasi yang bersifat konvensional, diadakan operasi
wilayah bagian daerah yang kota-kota dan lokasi penting diduduki penyerang.
Operasi wilayah terutama dilakukan denagn taktik gerilya berusaha mengganggu
gerakan penyerang tanpa melakukan pertempuaran yang terbuka dan menentukan.
Melalui gerilya dilakukan pencegatan di jalan-jalan yang dilalui penyerang
perhububunganya. Juga diadakan serangan hit and run terhadap kedudukan
penyerang untuk membuat penyerang tidak mungkin atau amat sukar mengkonsolidasi
gerakannya. Sekaligus kekuatan penyerang dipreteli dan dipersulit setiap
usahnya. Anggota pasukan penyerang benar-benar dibuat merasa tidak betah (unheimich)
di bumi Indonesia, apalagi kalau terus menerus kehilangan temanya yang mati
atau luka-luka karena diserang gerilya. Kondisi demikian sekaligus membuat
pasukanya untuk menghadapi kekuatan militer kita. Apalagi kalu penyerang
terpaksa harus menyusun kekuatan untuk secara khusus menhadapi gerilya, maka
itu amat merugikan usahanya untuk bergerak maju dan mencapi tujuanya.
Untuk
suksesnya perlawanan organisasi Territorial harus efektif menjamin kesatuan
TNI-Rakyat. sebab penyerang juga akan berusaha merebut dukungan Rakyat
Indonesia untuk menjamin efektivitas kekuasaan yang disusunnya. Maka terjadi
proses rebutan dukungan Rakyat antara TNI dan penyerang (To Win the Heart
and the Mind of the People).
Dalam
perlawanan itu TNI dan Rakyat terus menyusun dan mengkonsolidasi kekuatan untuk
dapat menghancurkan agresi penyerang. Perlawanan diadakan untuk mencapai satu
penyelesaian militer (military decision) dengan menghancurkan atu
melumpuhkan kekuatan militer, dengan juga selalu perlawanan diarahkan
memungkinkan mencapai penyelesaian Militer, dengan juga selalu mencegah
penyerang dapat menyusun organisasi pemerintahan yang berjalan efektif .
Juga
pemerintahan RI melakukan usaha internasional Diplomasi dan untuk memperoleh
bantuan PBB dan Negara-negara besar. Serangan penyerang tanpa mandat PBB
melanggar Hukum Internasional. Pemerintahan RI meyakinkan dunia Internasioanal,
khususnya PBB, bahwa agresi penyerang adalah pelanggaran Hukum Internasional
yang harus segera diakhiri dan dihukum.
Tercapainya
penyelesaian Militer sangat bermanfaat bagi diplomasi internasional pemerintah.
Tetapi kalau tidak bisa membuat penyelesaian militer, usaha TNI bersama rakyat
secara minimal harus menunjukan keberhasilan dalam memukul dan menghancurkan
kekuatan penyerang dibanyak tempat, sehingga gerakan menundukan bangsa
Indonesia macet tanpa harapan dapat mencapai tujuan. Dengan kodisi itu kekuatan
internasional, terutama PBB, dapat diajak untuk mengharuskan penyerang segera
meninggalkan bumi Indonesia dan diberikan hukuman atas pelanggaran yang telah
dibuatnya. Hukuman itu secara minimal adalah membayar kepada Indonesia sebagai
pengganti segala kerusakan dan kematian yang telah ia timbulkan. Dengan
penyelesaian itu NKRI selamat dan sukses dalam menghadapi dan mengatasi serangan
Militer Terbuka. Sekalipun begitu kemudian harus melakukan pembangunan kembali
atas kerusakan dan kehancuran yang telah terjadi.
celine outlet
ray ban wayfarer
true religion jeans
nike nfl jerseys
ugg uk
canada goose outlet
ray ban sunglasses
abercrombie and fitch
nike air max uk
uggs uk
chenlina20161122
michael kors outlet online
michael kors
mcm handbags
louis vuitton outlet online
clippers jerseys
roshe run 3
warriors jerseys
polo ralph lauren
coach outlet store online
cheap ray ban sunglasses
20172.9chenjinyan
omega watches
cheap nhl jerseys
ray ban sunglasses uk
michael kors outlet
gucci belts
louis vuitton belt
hollister clothing
michael kors
oakley sunglasses
nba jerseys
chenlina20170220